Vietnam, negara tetangga kita di Asia Tenggara, sedang menghadapi tantangan serius. Angka kelahiran di sana mengalami penurunan drastis dan mencapai rekor terendah sepanjang sejarah. Fenomena ini tentu menimbulkan kekhawatiran, tidak hanya bagi Vietnam, tetapi juga bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia. Yuk, kita bahas lebih lanjut mengenai fenomena ini dan pelajaran apa yang bisa kita petik!

Angka Kelahiran di Bawah Tingkat Penggantian

Berdasarkan data terbaru, tingkat kesuburan total (TFR) di Vietnam turun menjadi 1,91 anak per wanita pada tahun 2024. Angka ini menandai tahun ketiga berturut-turut angka kelahiran di Vietnam terus menurun dan berada di bawah tingkat penggantian sebesar 2,1. Tingkat penggantian adalah jumlah rata-rata anak yang harus dilahirkan setiap wanita agar populasi suatu negara tetap stabil.

Apa Penyebabnya?

Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab anjloknya angka kelahiran di Vietnam, antara lain:

  • Peningkatan akses pendidikan dan kesempatan kerja bagi perempuan: Semakin banyak perempuan Vietnam yang mengejar pendidikan tinggi dan karier, sehingga menunda pernikahan dan memiliki anak.
  • Tingginya biaya hidup dan pengasuhan anak: Biaya hidup yang semakin mahal, terutama di kota-kota besar, membuat banyak pasangan enggan memiliki banyak anak.
  • Perubahan gaya hidup dan pola pikir: Modernisasi dan globalisasi telah mengubah gaya hidup dan pola pikir masyarakat Vietnam, termasuk pandangan mereka tentang pernikahan dan jumlah anak ideal.
  • Akses terhadap kontrasepsi dan program keluarga berencana: Peningkatan akses terhadap kontrasepsi dan program keluarga berencana memberikan lebih banyak pilihan bagi pasangan untuk mengatur jumlah anak.

Dampak Negatif Penurunan Angka Kelahiran

Penurunan angka kelahiran yang terus berlanjut dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, baik bagi individu, keluarga, maupun negara, di antaranya:

  • Penuaan populasi: Proporsi penduduk usia lanjut akan semakin besar, sementara proporsi penduduk usia produktif semakin kecil. Hal ini dapat menimbulkan berbagai masalah sosial dan ekonomi, seperti kekurangan tenaga kerja, peningkatan beban jaminan sosial, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
  • Penurunan jumlah tenaga kerja: Kekurangan tenaga kerja dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi daya saing suatu negara.
  • Beban ekonomi pada generasi muda: Generasi muda akan memikul beban yang lebih berat untuk menopang generasi tua, baik secara finansial maupun sosial.
  • Gangguan keseimbangan gender: Di beberapa negara, penurunan angka kelahiran diikuti dengan ketidakseimbangan gender, di mana jumlah laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Hal ini dapat menimbulkan berbagai masalah sosial, seperti kesulitan menemukan pasangan hidup dan peningkatan kejahatan.

Pelajaran bagi Indonesia

Fenomena penurunan angka kelahiran di Vietnam seharusnya menjadi peringatan bagi Indonesia. Meskipun angka kelahiran di Indonesia masih relatif tinggi, namun tren penurunan juga sudah mulai terlihat, terutama di kota-kota besar.

Pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah-langkah antisipatif untuk mencegah dampak negatif dari penurunan angka kelahiran, antara lain:

  • Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memiliki keturunan.
  • Memberikan insentif kepada pasangan yang memiliki anak, misalnya melalui program bantuan keuangan atau fasilitas pengasuhan anak.
  • Menciptakan lingkungan yang mendukung bagi keluarga, misalnya dengan menyediakan fasilitas publik yang ramah anak dan memberikan kemudahan akses terhadap pendidikan dan kesehatan.
  • Mendorong keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak: Hal ini dapat membantu meringankan beban ibu dan meningkatkan kualitas pengasuhan anak.

Penurunan angka kelahiran adalah isu serius yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Dengan mengambil langkah-langkah yang tepat, kita dapat mencegah dampak negatif dari penurunan angka kelahiran dan menciptakan generasi masa depan yang sehat dan produktif.